Tingkat kematangan buah pala Fakfak (Myristica Argantea Warb) masih ditentukan secara tradisional, yaitu dengan mencari tanda-tanda kulit buah berwarna coklat keemasan, pecah-pecah dan menampakkan biji berwarna coklat kehitaman dengan selaput merah (fusa). Saat memanen, petani biasanya tidak menunggu semua buah terbuka. Mereka akan memetik semua buah dari pohon lalu membelahnya menjadi dua sekaligus untuk diambil biji dan fuli dari warna buah. Menilai tingkat kematangan buah pala dari warna kulit buah memang sulit. Melalui percobaan terhadap 50 buah oleh dua orang, rata-rata kesalahan dalam menebak tingkat kematangan adalah 39%. Hal ini mungkin pula yang menjadi alasan mengapa petani sejak dulu mewarisi kebiasaan membelah buah pala langsung di bawah pohon saat memanen, dan sisanya dibuang begitu saja. Nilai ekonomi buah pala pun meningkat menjadi produk manisan, sirop, kecap, selai, balsam, dan sabun. Agar seluruh bagian buah pala dapat dimanfaatkan, maka sangat penting untuk melakukan sortasi buah pala Fakfak sebelum dibelah. Pada penelitian ini kami memperkenalkan Inovasi Sortasi Buah Pala (SPI) sebagai sebuah metode inovatif yang memanfaatkan sensor RGB untuk memilah buah pala secara real-time tanpa harus membelahnya. SPI akan diintegrasikan dengan Arduino Uno. Terobosan ini memungkinkan petani terhindar dari pembuangan limbah dan pengusaha produk pala dapat meningkatkan kualitas bahan bakunya. Berdasarkan hasil penelitian SPI tersebut, dikategorikan berhasil dalam menebak tingkat kematangan buah pala berdasarkan warna bintilnya jika dibandingkan dengan menebak secara langsung menggunakan mata. Akan tetapi, terdapat beberapa kendala, antara lain 1. kondisi awal buah pala 2. belum ada kategori global untuk tingkat kematangan buah pala berdasarkan warna. 3. Keterbatasan sampel buah pala karena penelitian dilakukan setelah musim panen.